Rabu, 25 April 2018

Pertemuan XI : Cloud Computing


Nama               : Ida Ayu Shinta Dewi Paramitha
NIM                 : 1605551003
Dosen              : I Putu Agus Eka Pratama ST., MT.
Mata Kuliah     : Network Operating System
Kampus           : Program Studi Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

Pertemuan ke-11 membahas mengenai cloud computing secara umum dan bagaimana peranan NOS pada teknologi cloud computing serta terapannya.


Cloud computing adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer ('komputasi') dan pengembangan berbasis internet. Teknologi ini merupakan suatu metoda komputasi di mana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat internet tanpa mengetahui apa yang ada didalamnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. (Wikipedia)

Menurut sebuah makalah tahun 2008 yang dipublikasi IEEE Internet Computing, Cloud Computing adalah suatu paradigma di mana informasi secara permanen tersimpan di server pada internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain.

Selain itu, menurut NIST (National Institute of Standard and Technology), dalam draftnya yang berjudul ‘The NIST Definition of Cloud Computing’, Peer Meel and Timothy Grance mendefinisikan Cloud Computing sebagai sebuah model yang memungkinkan adanya penggunaan sumber daya (resource) secara bersama - sama dan mudah, menyediakan jaringan akses dimana - mana, dapat
dikonfigurasi, dan layanan yang digunakan sesuai keperluan. Hal ini berarti layanan pada Cloud Computing dapat disediakan dengan cepat dan meminimalisir interaksi dengan penyedia layanan
Cloud Computing.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa cloud computing adalah teknologi yang memberikan hak akses kepada pengguna komputer untuk menjadikan internet sebagai pusat pengelolaan data dan aplikasi atau sebagai tempat yang menyediakan layanan untuk berbagi sumber daya (resource).

Model Deployment
Berdasarkan definisi NIST tersebut, Cloud Computing memiliki 4 model deployment atau model penyebaran, yaitu:
1. Public Cloud (Interner)
Public Cloud merupakan layanan Cloud Computing yang disediakan untuk masyarakat umum. Pengguna bisa langsung mendaftar ataupun memakai layanan yang ada. Banyak layanan Public Cloud yang gratis, dan ada juga yang perlu membayar untuk bisa menikmati layanannya. Contoh Public Cloud yang gratis: GoogleMail, Facebook, Twitter, Live Mail, dan lainnya. Contoh Public Cloud yang berbayar: Sales Force, Office365, GoogleApps, dan lainnya.
Keuntungan: Pengguna tidak perlu berinvestasi untuk merawat serta membangun infrastruktur, platform, ataupun aplikasi. Pengguna hanya perlu memakai secara gratis (untuk layanan yang gratis) atau membayar sebanyak pemakaian (pay as you go). Dengan pendekatan ini, kita bisa mengurangi dan merubah biaya Capex (Capital Expenditure) menjadi Opex (Operational Expenditure).
Kerugian: Sangat tergantung dengan kualitas layanan internet yang digunakan. Jika koneksi internet mati, maka tidak ada layanan yang dapat diakses. Untuk itu, perlu dipikirkan secara matang infrastruktur internetnya.

2. Private Cloud (Intranet)
Private Cloud adalah layanan cloud computing yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan internal dari organisasi atau perusahaan. Biasanya departemen IT akan berperan sebagai service provider (penyedia layanan) dan departemen lain menjadi service consumer. Sebagai service provider, tentu saja Departemen IT harus bertanggung jawab agar layanan bisa berjalan dengan baik sesuai dengan standar kualitas layanan yang telah ditentukan oleh perusahaan, baik infrastruktur, platform, maupun aplikasi yang ada.
Keuntungan: Menghemat bandwidth internet ketika layanan itu hanya diakses dari jaringan internal. Proses bisnis tidak tergantung dengan koneksi internet, akan tetapi tetap saja tergantung dengan koneksi jaringan lokal (intranet).
Kerugian: Investasi besar, karena perusahaan harus menyiapkan sendiri infrastrukturnya. Selain itu, dibutuhkan tenaga kerja untuk merawat dan menjamin layanan berjalan dengan baik.

3. Hybrid Cloud
Gabungan dari layanan Public Cloud dan Private Cloud yang tetap merupakan suatu entitas unik, namun saling terikat bersama oleh standarisasi atau kepemilikan teknologi yang memungkinkan data diakses secara portable. Dengan Hybrid Cloud, dapat dipilih proses bisnis mana yang bisa dipindahkan ke Public Cloud dan proses bisnis mana yang harus tetap berjalan di Private Cloud.
Keuntungan: Keamanan data terjamin karena data dapat dikelola sendiri, lebih leluasa untuk memilih mana proses bisnis yang harus tetap berjalan di private cloud dan mana proses bisnis yang bisa dipindahkan ke public cloud dengan tetap menjamin integrasi dari keduanya.
Kerugian: Untuk aplikasi yang membutuhkan integrasi antara public cloud dan private cloud, infrastruktur internet harus dipikirkan secara matang.

4. Community Cloud
Layanan Cloud Computing yang dibangun eksklusif untuk komunitas tertentu, bisa berasal dari organisasi yang mempunyai perhatian yang sama atas beberapa hal, misalnya standar keamanan, aturan, compliance, dan sebagainya. Community Cloud ini bisa dimiliki, dipelihara, dan dioperasikan oleh satu atau lebih organisasi dari komunitas tersebut, pihak ketiga, ataupun kombinasi dari keduanya.
Keuntungan: Bisa bekerja sama dengan organisasi lain dalam komunitas yang mempunyai kepentingan yang sama. Melakukan hal yang sama bersama-sama tentunya lebih ringan daripada melakukannya sendiri.
Kerugian: Ketergantungan antar organisasi jika tiap-tiap organisasi tersebut saling berbagi sumber daya.

Jenis Layanan


Berdasarkan defiisi NIST, Cloud Computing memiliki 3 jenis layanan, antara lain:
1. IaaS (Infrastruktur)
Cloud Infrastructure as a Service (IaaS) merupakan kemampuan yang diberikan kepada konsumen untuk meningkatkan kapasitas dalam hal pengelolaan sistem komputasi, seperti server dan unit-unit pengolahan lainnya, peningkatan media penyimpanan, peningkatan trafik jaringan, dan sumber daya lain yang mendasari sistem komputasi dimana penggunanya dapat menyebarkan dan menjalankan perangkat lunak secara bebas, yang dapat mencakup sistem operasi dan aplikasi. Secara mendasar, para pengguna tidak mengetahui lokasi fisik perangkat yang mereka kelola, pengelolaan dan pengendalian sepenuhnya melalui infrastruktur cloud yang disediakan oleh penyedia jasa layanan ini. Akan tetapi, pengguna diberikan pengendalian penuh terhadap sistem komputasi, sistem operasi, media penyimpanan dan aplikasi yang mereka gunakan. Namun demikian, pengguna dibatasi pengontrolannya yaitu hanya pada komponen jaringan yang dipilih. Contoh industri yang menawarkan layanan IaaS adalah Amazon Elastic Compute Cloud (Amazon EC2). Amazon EC2 adalah jenis cloud delivery service IaaS menggunakan layanan web yang menyediakan kapasitas komputasi dapat diatur berdasarkan kebutuhan (resizable).

2. PaaS (Platform Pengembangan Software)
Cloud Platform as a Service (PaaS) merupakan kemampuan yang diberikan kepada konsumen untuk menyebarkan aplikasi yang dibuat konsumen atau diperoleh ke infrastruktur cloud computing menggunakan bahasa pemrograman dan peralatan yang didukung oleh provider.  PaaS menyediakan layanan aplikasi lapisan arsitektur cloud untuk membangun, menguji dan menyebarkan aplikasi yang sedang pada tahapan pengembangan. Konsumen tidak mengelola atau mengendalikan infrastruktur cloud yang mendasar termasuk jaringan, server, sistem operasi, atau penyimpanan, namun memiliki kontrol atas aplikasi yang disebarkan dan memungkinkan aplikasi melakukan hosting konfigurasi. Contoh industri yang menawarkan layanan PaaS adalah Google AppEngine. Google’s AppEngine adalah sebuah platform untuk para pengembang program aplikasi yang di-hosting pada Googles cloud.

3. SaaS (Software)
Cloud Software as a Service (SaaS) merupakan kemampuan yang diberikan kepada konsumen untuk menggunakan aplikasi penyedia dapat beroperasi pada infrastruktur cloud. Aplikasi dapat diakses dari berbagai perangkat klien melalui antarmuka seperti web browser (misalnya, email berbasis web). Konsumen tidak mengelola atau mengendalikan infrastruktur cloud yang mendasar termasuk jaringan, server, sistem operasi, penyimpanan, atau bahkan kemampuan aplikasi individu, dengan kemungkinan pengecualian terbatas terhadap pengaturan konfigurasi aplikasi pengguna tertentu. Contoh industri yang menawarkan layanan SaaS adalah Google Apps. Contoh layanan Google yang termasuk kategori ini adalah Google gmail. Layanan ini menawarkan pengguna untuk melakukan hosting email mereka di server Google.

Keunggulan Penggunaan Cloud
Ada 5 alasan mengapa harus memilih cloud, yaitu:
1. Keamanan (Secure)
2. Kehandalan (Reliable)
3. Hemat, sesuai dengan kebutuhan (on demand)
4. Mudah digunakan, mudah disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, baik perorangan maupun enterprise
5. Cloud memiliki dukungan yang berlimpah, baik dari komunitas open source, enterprise, ataupun vendor.

Karena cloud bersifat multiplatform, cloud bisa digunakan di perangkat, sistem operasi, atau vendor apapun. 

Selain itu, seperti yang diketahui bahwa Google bukan lagi sekedar search engine, namun Google merupakan sebuah platform tersendiri yang mengakomodasi sebanyak mungkin, baik perangkat, aplikasi, ataupun sistem operasi yang menggunakan internet. Untuk backup server yang digunakan adalah Linux, Solaris, dan MySQL.

Dari hal-hal tersebut, hampir semua cloud menggunakan platform open source karena dapat digunakan pada sistem operasi manapun. Adapun produk open source yang digunakan untuk cloud adalah OpenStack.

Implementasi Cloud
Implementasi cloud pada NOS dapat digunakan sistem operasi FreeBSD dan Linux, selain karena sudah banyak digunakan, kedua sistem operasi tersebut lebih aman dan stabil. Dan aplikasi yang digunakan adalah OpenStack. Untuk mencoba implementasinya, dapat dilihat pada halaman berikut.

Refrensi.
I Putu Agus Eka Pratama. 2018. PPT Cloud Computing.


0 komentar:

Posting Komentar